Laman

Selasa, 14 Mei 2013

Ya Allah Aku Jatuh Cinta

Bila cinta menghampiriku. . .
Ku kan katakan padanya 'aku jatuh cinta'
Membiarkan perasaanku tenggelam dalam cinta. . .
Mengatakan pada dunia aku tlah mencinta. . .
 
Bila cinta menghampiriku. . .
Ku kan katakan cinta dengan hatiku
Agar ia merasakan betapa besar aku mencintanya. . .
 
Bila hidupku tlah terbelenggu dalam cintanya. . .
Ku ingin cinta itu ada padanya. . .
Ada dalam hembus nafasnya. . .
Mengalir bersama darahnya. . .
Berjalan pada setiap langkahnya. . .
 
Aku ingin memilikinya. . .
Menjadi seseorang yang halal menyentuhnya. . .
Menjadi seseorang yang beribadah saat menatapnya. . .
Menjadi seorang pujangga yang bertutur kata indah saat berbicara padanya. . .
 
Aku ingin memilikinya. . .
Memiliki dia. . .
Yang selalu tersenyum padaku dengan tatapan sendunya. . .
Yang menyebut namakku dengan mesranya. . .
Dan berujar cinta dengan lembutnya. . .
 
Ya Allah. . .
Aku Jatuh Cinta. . .
 
Padanya yang tak ku ketahui rupanya. . .
Padanya yang tak ku ketahui keberadaannya. . .
Padanya yang merupakan asal diriku. . .
Padanya yang akan menjadi pendamping, pembimbing dan pemimpinku ke surga-Mu. . .
 
Ya Allah . .
Aku jatuh cinta. . .
Makin lama cinta ini makin besar . . .
Tapi siapa, dan dimana dia?
 
Apa aku sudah bertemu dengannya, atau sekarang dia sedang berjalan menuju ku?
 
Ya Allah. . .
Aku jatuh cinta. . .
Pada mahluk-Mu yg Kau jadikan jodohku. . .
 
Ya Allah. . .
Segera lah beritahu aku, siapakah dia? Rasa cinta ini makin bertambah, bertambah dan terus bertambah. . .
Semoga terus bertambah hingga kami kekal di surga-Mu. . .
 
Ya Allah. . .
Aku Jatuh Cinta. . . .

Senin, 13 Mei 2013

Seorang Ibu yang Sekuat Seribu Laki-laki

Di sebuah masjid di perkampungan Mesir, suatu sore. Seorang guru mengaji sedang mengajarkan murid-muridnya membaca Al-Qur’an. Mereka duduk melingkar dan berkelompok. Tiba-tiba, masuk seorang anak kecil yang ingin bergabung di lingkaran mereka. Usianya kira-kira 9 tahun. Sebelum menempatkannya di kelompok, sang guru ingin tahu kemampuannya. Dengan senyumnya yang lembut, ia bertanya pada anak yang baru masuk itu, “Adakah surat yang kamu hapal dalam Al-Qur’an?” “Ya”, jawab anak itu singkat. 
“Kalau begitu, coba hafalkan salah satu surat dari Juz ‘Amma?” pinta sang guru. Anak itu lalu menghafalkan beberapa surat, fasih dan benar. Merasa anak tersebut punya kelebihan, guru itu bertanya lagi, “Apakah kamu juga hapal surat Tabaraka (Al-Mulk)?” “Ya”, jawabnya lagi, dan segera membacanya. Baik dan lancar. Guru itu pun terkagum-kagum dengan kemampuan hapalan si anak, meski usianya terlihat lebih belia ketimbang murid-muridnya yang ada. 

Dia pun coba bertanya lebih jauh, “Kamu hafal surat An-Nahl?” Ternyata anak itu pun menghapalnya dengan sangat lancar, sehingga kekagumannya semakin bertambah. Lalu dia pun mengujinya dengan surat-surat yang lebih panjang, “Apa kamu hapal surat Al-Baqarah?” anak itu kembali mengiyakan dan langsung membacanya tanpa sedikit pun kesalahan. Semakin pennasaran, dan ia ingin menutup rasa penasaran itu dengan pertanyaan terakhir, “Anakku, apakah kamu hapal Al-Qur’an?” “Ya”, tuturnya polos. 

Mendengar jawaban itu, seketika ia mengucap, “Subhanallah wa masyaallah, tabarakkallah.“ 

Di saat menjelang maghrib sebelum guru tersebut membubarkan anak-anak mengajinya, secara khusus ia berpesan kepada murid barunya, “Besok, kalau kamu datang kembali ke masjid ini, tolong ajak juga orang tuamu. Aku ingin berkenalan dengannya.” 

Esok harinya, anak itu kembali datang ke masjid. Kali ini ia bersama ayahnya, seperti pesan si guru ngaji kepadanya. Melihat ayah dari anak tersebut, sang guru bertambah penasaran karena sosoknya yang sama sekali tidak 
memberi kesan alim, terhormat dan pandai. Belum sempat dia bertanya, ayah si anak sudah menyapa keheranannya terlebih dahulu, “Aku tahu, mungkin Anda tidak percaya bahwa aku ini adalah ayah anak ini. Tapi rasa heran Anda akan aku jawab, bahwa di belakang anak ini ada seorang ibu yang kekuatannya sama dengan seribu laki-laki. Aku katakan pada Anda bahwa di rumah, aku masih punya tiga anak lagi yang semuanya hapal Al-Qur’an. Anak perempuanku yang terkecil berusia 4 tahun, dan sekarang sudah hapal juz ‘Amma.” 

“Bagaimana ibunya bisa melakukan itu?” tanya si guru tanpa bisa menyembunyikan kekagumannya. 

“Ibu mereka, ketika anak-anak itu sudah mulai bisa bicara, ia mulai pula membimbingnya menghapal Al-Qur’an, dan selalu memotivasi mereka melakukan itu. Tak pernah berhenti, dan tak pernah bosan. Dia selalu katakan pada mereka, “Siapa yang hapal lebih dulu, dialah yang menentukan menu makan malam kita malam ini,” “Siapa yang paling cepat mengulangi hapalannya, dialah yang berhak memilih kemana kita berlibur pekan depan,” dan “Siapa yang paling dulu mengkhatamkan hapalannya, dialah yang menentukan kemana kita jalan-jalan pada liburan nanti.” Itulah yang selalu dilakukan ibunya, sehingga terciptalah semangat bersaing dan berlomba di antara mereka untuk memperbanyak dan mengulang-ulang hapalan Al-Qur’an mereka,” jelas si ayah memuji istrinya. 

Sebuah keluarga biasa, yang melahirkan anak-anak yang luar biasa, karena energi seorang ibu yang luar biasa. 

Setiap kita, dan semua orang tua tentu bercita-cita anak-anaknya menjadi generasi yang shalih, cerdas dan membanggakan. Tetapi, tentu saja hal itu tidaklah mudah. Apalagi membentuk anak-anak itu mencintai dan menghapal Al-Qur’an. Butuh perjuangan. Perlu kekuatan. Mesti tekun dan bersabar melawan rasa letih dan susah, tanpa kenal batas. Maka wajar jika si ayah mengatakan, “Di belakang anak ini ada seorang ibu yang kekuatannya sama dengan seribu laki-laki.” 

Ya, perempuan yang telah melahirkan anak itu memang begitu kuat dan perkasa. Sebab membuat permulaan yang baik untuk kehidupan anak-anak, sekali lagi tidak mudah. Hanya orang-orang yang punya kemauan dan motivasi yang bisa melakukannya. Dan tentu saja modal pertamanya adalah keshalihan diri. Tidak ada yang lain.

Kurma dan Tauge

Kurma & Tauge adalah pohon yg punya karakter berlawanan. Di Timur Tengah, pohon kurma dibudidayakan dgn cari ditanam pada lubang pasir. Untuk menjaga biji kurma supaya tidak dihempaskan oleh badai dan angin gurun, maka di atas biji kurma diletakkan penindih yang berupa batu besar yg sangat berat. 

Ketika biji kurma mulai bertunas, ia tidak akan tergesa2 menyembulkan tunasnya ke permukaan tanah, tetapi ia akan menggerakkan akarnya untuk mencapai sumber air. Akar tsb menembus jauh ke dalam tanah, bhkn ada yg mencapai kedlman hingga 200m. 

Setelah akarnya mencapai sumber air & kokoh, berikutnya sang tunas tumbuh ke atas & sehingga mampu menghempaskan batu beban yg ada di atasnya. 

Ini berbeda sama sekali dgn tauge. Tauge bisa bertunas hanya dlm waktu kurang dr 1 minggu . akarnya sgt pendek & batangnya sgt lemah. Tidak mampu bertahan jika diterpa angin, pasir, kerikil2 kcl, apalagi batu besar. Ia akan musnah seketika. 

Kesuksesan sejati, diibaratkan spt pohon kurma. tidak bs diperoleh secara instan, butuh proses yang panjang; usaha yg keras, kegigihan, kesabaran, & ketekunan yang mgkn memakan wkt yg ckp lama. 

Kemauan untuk belajar & berproses akan menumbuhkan "akar" yg kuat dlm diri kita yg berupa karakter. Karakter yg kuat ini membuat kita mampu bertahan dlm keadaan apapun sehingga tiada sesuatupun yg mampu menghalangi kita untuk mencapai sukses; bahkan kita bs menghempaskan penghalang dgn mudah. 

Jika tidak sabar berproses maka hasil hanyalah angan-angan. Ada beberapa yang bisa mencapai suskses tanpa proses, tetapi jenis kesusksesan ini adalah kesuksesan ala tauge, tidak akan mampu bertahan. Orang jawa suka mengatakan
"MAN SHOBARO ZAFARO" Pepatah Arab mengatakan..

Minggu, 12 Mei 2013

Untukmu yang Jauh Disana

Untukmu yang jauh di sana,
Berdinding jarak dan waktu,
Berbatas ruang di antara kita.

Masihkah kau jaga hatimu untukku?
Masihkah terbesit kerinduanmu padaku?

Untukmu yang jauh di sana..
Ku harap kau selalu menjaga hatimu..
Seperti di sini aku menjaga hatiku..

Semoga cintamu padaNYA menjagamu dari angin-angin keburukan yang mampu membuatmu lalai akan perintahNYA..

Semoga kasihmu padaNYA membuatmu mampu bertahan dalam perpisahan yang panjang ini..

Jika aku di sini menanti, ku harap kau di sana menjaga..
Jika aku di sini berdoa, ku harap kau di sana setia..

Aku tak berharap di pertemukan denganmu..
Tapi aku meminta dipersatukan dalam cintaNYA..

Aku tak berharap kesempurnaanmu. .
Kerana aku ingin melengkapinya dengan kekuranganku..

YA ALLAH..
Satukan kami dalam naungan cintaMU..
Dan cintakan kami pada kebaikan..
Agar cinta kami dapat menyatu menjadi kebaikan..

YA ALLAH..
Satukan kekurangan kami dalam ridhaMU..
Agar kekurangan itu dapat melebur menjadi kesempurnaan..

YA ALLAH..
Yang kami inginkan hanyalah kesempurnaan cintaMU.. 
Karena hanya begitulah tidak akan ada rasa terluka dan kecewa pada akhirnya.. 

Jika kau... Maka aku bertanya...

Jika kau mencintaiku karena kecantikanku
Menyejukkan setiap mata yang memandangnya
Kemudian aku bertanya
Saat kecantikan itu memudar ditempuh usia
Seberapa pudarkah kelak cintamu padaku?

Jika kau mencintaiku karena sifatku yang ceria
Menjadi semangat yang menyala didalam hatimu
Kemudian aku bertanya
Bila keceriaan itu kelam dirundung duka
Seberapa muram cintamu kan ada?

Jika kau mencintaiku karena ramah hatiku
Memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu
Kemudian aku bertanya
Kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka
Seberapa mampu cintamu memendam praduga?

Jika kau mencintaiku karena cerdasnya diriku
Membuatmu yakin pada putusanku
Kemudian aku bertanya
Ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua
Seberapa bijak cintamu tuk tetap mengharapku?

Jika kau mencintaiku karena kemandirianku
Menyematkan rasa bangga mu yang mengenalku
Kemudian Aku bertanya
Jika ditengah itu rasa manjaku tiba mnyeruak
Seberapa tangguh cintamu tuk tetap bersamaku?

Jika kau mencintaiku karena tegarnya sikapku
Menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu
Kemudian aku bertanya
Andai ketegaran itu rapuh diterpa badai
Seberapa kuat cintamu bertahan?

Jika kau mencintaiku karena pengertian yang ku berikan
Menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang ku tanam
Kemudian aku bertanya
Kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat
Seberapa kau mampu mengerti cinta ini?

Jika mencintaiku karena luasnya danau kesabaranku
Menambah dalamnya rasa cinta semakin kau menganlku
Kemudian aku bertanya
Mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku
Seberapa besar cinta mampu memaafkan?

Jika kau mencintaiku karena keteguhan imanku
Bagai siradj yang benderang mengantarkan cahaya
Kemudian aku bertanya
Kala iman itu jatuh menurun
Seberapa berkuarng akhirnya cintamu padaku?

Jika kau mencintaiku karena
Ku telah kau pilih sebagai cinta yang kan kau pegang sepanjang hayat
Kemudian aku bertanya
Pun hati ini tergoncang
Seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?

Andai sejuta alasan tak cukup
Untuk membuat cinta ini tetap bersama diriku
Maka biar ku pinta alasan tetap bersama diriku
Maka ku pinta alasan tuk menjaga cinta ini…

Aku ingin kau cintai karena Allah..
karena Dia kan selalu ada tuk menjga
Maka cintaku kan tetap utuh dan setia
Hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu
Karena cintaku berpulang padaNya.

Untuk dia yang ku ingin dia mencintaiku,
Kata yang ingin kuucap, kupegang dan kupertahankan, setelah walimatul ursy’.

Mengapa Menikah ?

Mengapa orang menikah?
Karena mereka jatuh cinta. 

Mengapa rumah tangganya kemudian bahagia? 
Apakah karna jatuh cinta? Bukan. 
Tapi karena mereka terus bangun cinta. 
Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa. 
Tapi bangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup.

Mengapa jatuh cinta gampang? 
Karena saat itu kita buta, bisu dan tuli thd keburukan pasangan kita.

Tapi saat memasuki pernikahan, tak ada yg bs ditutupi lg. Dgn interaksi 24 jam per hari 7 hari dlm seminggu, semua belang tersingkap..

Di sini letak perbedaan jatuh cinta dan bangun cinta. Jatuh cinta dlm keadaan menyukai. 
Namun bangun cinta diperlukan dlm keadaan jengkel. Dlm keadaan jengkel, cinta bukan lg berwujud pelukan, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik dan bersama2 mencari solusi yg dpt diterima semua pihak. Cinta yg dewasa tak menyimpan uneg2, walau ada bbrp hal peka utk bisa diungkapkan seperti masalah keuangan, orang tua dan keluarga atau masalah sex.. 
Namun sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut.

Syarat utk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. 
Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mrk bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan surga lagi tp neraka. 
Apakah kondisi ini bisa diperbaiki? 
Tentu saja bisa, saat masing2 mengingat komitmen awal mereka dulu apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh hidup.
 Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan??

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah membangun cinta. 
Berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, tenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah dan bertanggung jawab.

Mau punya teman hidup? Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu bangunlah cinta.

Semoga sharing ini berguna bagi kita semua, yang membangun cinta

Aku hanya ingin cinta yang halal....

Entah apa yang kurasakan...
Salahkah aku merindukannya?
Merindukan seseorang yang belum halal untukku...
Tentu aku tau aku salah ya Allah..
Kadang aku bingung apa yang harus aku lakukan,,
Aku bercerita dengan ummi yang lebih paham tentang ini...

Ummi bilang "Justru dengan kesungguhkan kamu menahan rasa rindu ini, maka disitulah pengorbanannya... Mungkin memang sulit, tapi percayalah Allah sudah merencanakan rencana terbaik untukmu dan untuknya"

Aku merenung cukup lama...
Yah betul,, rasa sayang memang tidak salah...
Itu adalah fitrah manusia yang telah Allah berikah,,
Bahkan manusia pun terlahir dari CINTA...

Tapi jika dengan rasa itu malah membuatku sedih, kecewa, menangis oleh sesuatu yang tak seharusnya ditangisi...
Sungguh ya Allah, hatiku bahagia merindunya...
Aku pun tak ingin membuat orang lain kecewa dan sedih dengan tingkah lakuku, tentunya aku lebih baik membebaskannya dari hal seperti itu...
Mengapa?
Karena aku sangat peduli padanya...

Tentunya aku... bahkan ia...
Kami hanya ingin cinta yang halal...
Aku tak ingin dia bersedih melihat tingkahku yang masih seperti ini...
Cemburu, sedih, kecewa, aku ingin dia merasakan hal itu...
Aku tak ingin dia sakit karenaku...

Aku selalu berusaha untuk menahan diri
Agar aku dapat mengendalikan rasa rindu ini
Menahan semua kegalauan yang ada dihatiku
Aku hanya berdo'a didalam hati setiap rasa rindu itu datang...

Ya Allah...
Tolong pegangi aku..
Tolong pegangi hatiku
Jika dengan perasaan ini membuat hatiku terbebani,
dengan rasa sayang yang belum seharusnya...
Tolong bantu kuatkan aku ya Rabb....
Tolong bantu kuatkan ia juga...

Apa perasaanku salah ya Allah...
Jika memang dia baik untukku...
Tolong dekatkan kami ya Rabb...
Tetapi jika dia memang tak baik untukku,,
Jauhkanlah dia...
Hamba percaya...
Engkau Maha Mengetahui apa yang terbaik untukku... Juga untuknya...

Aku hanya ingin cinta yang halal...
Yang mendapat ridho dariMu
Bimbinglah hati kami ya Allah....